Curhat Septa
Sudah lama sekali saya tidak menulis. Mungkin ini saatnya untuk memulai lagi. Di saat banyak sekali pikiran yang ada di kepala, maka mari kita tulis saja.
Hari ini adalah awal baru yang akan saya bagikan. Jujur... Saya sedikit merasa tertekan beberapa bulan ini. Di saat harusnya banyak sekali rencana yang ingin saya wujudkan, ternyata Tuhan memberi ujian yaitu sakitnya ibu.
Awalnya saya memang tidak mengetahui, karena meski hampir setiap hari video call ibu tidak mengatakan apapun. Sampai hari ini sayapun tidak tahu apa alasan ibu. Sampai suatu hari ibu mau tidak mau bilang keadaannya yang kakinya bengkak. Saya pikir kesleo atau bagaimana, karena ibu tidak bilang kalau sampai tidak bisa berjalan.
Sampai berapa hari kemudian tetangga depan rumah menelpon saya di jam 19 an. Memberitahukan bahwa beliau disuruh bapak saya. Ibu sudah tiga hari tidak mau makan, kaki bengkak dan tidak bisa berjalan. Sudah sekitar semingguan lebih bengkaknya. Sebenarnya sudah mau diantar periksa, tapi ibu menolak.
Waktu itu saya tidak mengatakan apa-apa, hanya berjanji mengusahakan untuk pulang. Saya mengambil napas beberapa waktu, berpikir cepat. Kebetulan suami sedang bekerja, tidak berada di rumah. Langsung saya menelpon, minta ijin kalau mau pulang ke rumah orang tua membawa anak kedua kami.
Suami mengijinkan, setelah saya jelaskan apa yang terjadi. Hanya mengingatkan untuk hati-hati di jalan. Baiklah. Langkah selanjutnya saya menelpon adik. Mengutarakan rencana pulang saya, sekalian bagi tugas. Selama saya ada di jalan, adik saya yang akan menelpon ibu.
Di tengah jalan, saya mampir ke ATM ambil uang untuk jaga-jaga jika ibuk harus opname di Rumah Sakit. Kebetulan malam itu gerimis, sambil berdoa saya bawa motor bersama anak kedua. Sampai di rumah orang tua sekitar pukul 22an. Adik belum berhasil menelpon ibu. Saya berusaha mengetuk pintu depan, samping, sampai belakang. Sampai agak lelah, karena tidak ada yang dengar.
Setelah saya dan Toby beristirahat di kursi kayu yang ada di teras depan, barulah Bapak membuka kunci pintu. Syukurlah... Kami bergegas masuk ke tempat Ibu berbaring. Sekilas melihat muka Ibu yang bengkak, lalu melihat kakinya juga. Saya sudah memutuskan dalam hati Ibu harus dibawa ke Rumah Sakit, meski harus dipaksa.
Malam itu Toby menyuapi Ibu makan, dengan nasi yang dibawa dari rumah tadi. Lumayan masuk beberapa suap. Setelah itu saya tidak mau menanyai Ibu macam-macam. Membiarkannya istirahat dulu.
Rapat darurat saya adakan dengan Bapak. Besok Ibu harus dibawa ke Rumah Sakit. aSya dan Bapak mencari kartu penting yang besok akan digunakan untuk ke Rumah Sakit. Setelah itu koordinasi dengan adik terkait besok. Menghubungi rental mobil sudah. Setelah itu baru bisa beristirahat.
Esok harinya, sambil menunggu mobil jemputan saya menyiapkan sarapan dan memandikan Ibu. Mobil datang, kami sudah selesai bersiap-siap. Saat itu juga saya baru bilang kalau mau periksa ke Rumah Sakit. Kondisi Ibu waktu itu bisa dibilang setengah sadar. Kadang bisa berkomunikasi nyambung, kadang tidak.
Sampai di IGD Rumah Sakit, saya dan Ibu menunggu antrian. Setelah dipanggil, Ibu diperiksa. Suster jaga mengatakan langsung opname, karena kondisi tekanan darah dan gula darah Ibu tinggi. Sambil menunggu kamar siap, saya diminta untuk menyelesaikan administrasi terkait BPJS dan lainnya.
Beruntung saat itu teman Ibu yang rumahnya berada di belakang Rumah Sakit ada di rumah dan bisa cepat datang. Sehingga Ibu bisa saya tinggal. Waktu itu Ibu mau turun sendiri untuk ke kamar kecil. Kalau tidak ada yang mendampingi, kuatir jatuh. Karena Ibu tidak sadar.
Komentar
Posting Komentar